17 Februari 2024

PROFILE NU RANTING NGELO

Pada tahun 1995, di tengah Desa Ngelo yang tenang dan indah, sebuah organisasi keagamaan yang penuh semangat dan tekad lahir dengan nama Ranting NU Ngelo Margomulyo. Organisasi ini adalah bagian dari Nahdlatul Ulama (NU), sebuah jaringan besar yang bertujuan untuk memperkuat dan mengembangkan ajaran Islam yang moderat, inklusif, dan toleran di tengah masyarakat.


Di bawah bimbingan dan dedikasi para anggotanya, Ranting NU Ngelo Margomulyo telah menjadi kekuatan spiritual yang menginspirasi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Indonesia. Organisasi ini terdiri dari individu-individu yang bersatu dalam ikatan kekeluargaan dan semangat persaudaraan untuk memperjuangkan nilai-nilai keislaman yang penuh kasih sayang.


Dengan tekad yang kuat, Ranting NU Ngelo Margomulyo aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan yang mempererat hubungan antara umat Muslim dalam komunitas. Pengajian rutin, shalat berjamaah, dan diskusi keislaman menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari anggota organisasi ini. Mereka juga berperan dalam mengumpulkan dana untuk kegiatan sosial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar mereka.


Sebagai bagian dari jaringan NU yang luas di Indonesia, Ranting NU Ngelo Margomulyo juga terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial yang diadakan oleh NU baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional. Mereka adalah pilar yang kokoh dalam upaya dakwah, perdamaian, toleransi, dan keberagaman di masyarakat.


Ranting NU Ngelo Margomulyo tidak hanya berfokus pada pengembangan spiritual umat Muslim, tetapi juga berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan dan menjalin ukhuwah masyarakat di sekitarnya. Mereka berusaha untuk merangkul semua lapisan masyarakat tanpa memandang perbedaan suku, agama, atau status sosial. Dalam semangat Islam yang moderat dan inklusif, mereka membuka peluang bagi dialog antaragama dan memperjuangkan perdamaian yang berkelanjutan.


Seiring berjalannya waktu, Ranting NU Ngelo Margomulyo terus mengukir prestasi dan memperluas dampak positifnya dalam masyarakat. Organisasi ini telah menjadi contoh inspiratif bagi organisasi keagamaan lainnya, dengan dedikasi mereka untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam yang bersifat moderat dan toleran.


Dalam perjalanan panjangnya, Ranting NU Ngelo Margomulyo tetap setia pada visi dan misinya. Mereka tetap menjadi wadah bagi individu-individu yang ingin berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik, menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, dan menyebarkan cahaya kasih sayang yang berlandaskan pada ajaran Islam yang inklusif dan damai.


Dalam setiap langkahnya, Ranting NU Ngelo Margomulyo terus membawa harapan, kebaikan, dan inspirasi bagi masyarakat sekitarnya. Mereka adalah pilar yang kokoh dalam memperjuangkan keberagaman, memupuk toleransi, dan membangun jaringan ukhuwah yang kuat di tengah kompleksitas dunia modern yang terus berubah.

Seiring berawalnya MWCNU Margomulyo pada tahun 1995, Ranting NU Ngelo dengan gigih berusaha membentuk gerakan struktural yang kokoh di Desa Ngelo. Di bawah kepemimpinan Ketua pertamanya, Tri Maryono, mereka menghadapi masa-masa perjuangan yang tidaklah mudah dalam menyebarkan dakwah Islam yang moderat di tengah masyarakat.


Meskipun pada awalnya hasil pergerakan dakwah belum begitu terlihat, Ranting NU Ngelo tidak gentar dan tetap memulai upaya syi'ar NU di Desa Ngelo. Mereka menyadari pentingnya memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam yang moderat, inklusif, dan toleran kepada masyarakat setempat.


Dengan keyakinan dan semangat yang tak tergoyahkan, Ranting NU Ngelo mengadakan berbagai kegiatan syi'ar, seperti pengajian, ceramah keagamaan, dan diskusi tentang nilai-nilai Islam yang damai dan inklusif. Mereka berusaha untuk menjangkau sebanyak mungkin individu dan keluarga di Desa Ngelo, dengan harapan dapat mempengaruhi pemahaman dan perilaku mereka sesuai dengan ajaran Islam yang mereka anut.


Walau tantangan dan rintangan dakwah begitu besar, Ranting NU Ngelo tak kenal lelah dalam menggencarkan syi'ar NU. Mereka mengorganisir acara-acara keagamaan yang menarik minat masyarakat, seperti pengajian dengan pembicara yang terkenal, perlombaan keagamaan, dan kegiatan sosial yang melibatkan seluruh komunitas.


Melalui upaya syi'ar yang gigih ini, Ranting NU Ngelo berhasil memperkenalkan dan memperjuangkan ajaran Islam yang moderat dan inklusif di Desa Ngelo. Masyarakat mulai menyadari pentingnya memahami agama dengan cara yang benar dan menjalankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.


Perlahan namun pasti, gerakan syi'ar NU yang dimulai oleh Ranting NU Ngelo memberikan dampak positif. Masyarakat menjadi lebih terbuka terhadap toleransi, menghormati perbedaan, dan membangun ukhuwah sesama umat Muslim. Gerakan ini juga membantu mengurangi ketegangan sosial dan konflik yang mungkin terjadi di masyarakat.


Selain itu, Ranting NU Ngelo juga berperan aktif dalam membangun hubungan yang baik dengan pemimpin dan tokoh masyarakat setempat. Mereka berusaha menjalin kerjasama dan kemitraan dengan lembaga-lembaga agama dan pemerintah, sehingga dakwah mereka semakin mendapatkan dukungan dan pengakuan dari berbagai pihak.


Dengan kesabaran, ketekunan, dan semangat yang tak tergoyahkan, Ranting NU Ngelo berhasil membentuk fondasi yang kuat untuk gerakan syi'ar NU di Desa Ngelo. Meskipun pada awalnya hasilnya belum begitu signifikan, upaya mereka telah membuka jalan bagi penyebaran ajaran Islam yang moderat dan inklusif di wilayah tersebut.


Ranting NU Ngelo menjadi contoh inspiratif bagi masyarakat sekitarnya dan organisasi keagamaan lainnya. Mereka membuktikan bahwa dengan komitmen yang kuat dan kerja keras, gerakan dakwah dapat tumbuh dan berdampak positif dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.


Dalam perjalanan mereka, Ranting NU Ngelo terus berupaya untuk memperluas peran dan pengaruhnya dalam syi'ar NU di Desa Ngelo. Mereka berkomitmen untuk terus bergerak maju, mengatasi setiap tantangan, dan membawa cahaya Islam yang penuh kasih sayang kepada masyarakat yang lebih luas.

16 Februari 2024

Profil Tokoh Pelopor NU di Desa Ngelo Dusun Ngelo: KH Nur Khozin

KH Nur Khozin, atau yang akrab dipanggil Mbah Nur, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah keberadaan NU di Desa Ngelo. Beliau lahir di Tuban pada tanggal 1 Maret 1946, namun kemudian hijrah ke Desa Ngelo, tepatnya di Dusun Ngelo, untuk mengemban amanah sebagai pendidik di SDN Ngelo II dari tahun 1979 hingga 2001.

Mbah Nur dikenal sebagai salah satu pelopor keNUan di wilayah Ngelo. Pada masa itu, Dusun Ngelo masih terbilang "Gung Liwang Liwung" atau belum ada tanda-tanda pergerakan Islam bahkan NU. Namun, dengan tekad dan semangatnya, beliau menjadi sosok yang pertama kali mengajarkan ilmu agama Islam di dusun tersebut.

Peran Mbah Nur tidak hanya sebatas mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membentuk karakter dan pemahaman keIslaman masyarakat setempat. Beberapa santri yang dibina oleh beliau di masa-masa awal kemudian menjadi kader penggerak NU, seperti Sugiran, Paniran, dan lainnya. Mereka berperan penting dalam mengembangkan NU dan nilai-nilai keberagaman di wilayah Ngelo.

Mbah Nur tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga memberikan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap dan ajarannya yang toleran, inklusif, dan penuh kasih sayang telah menginspirasi banyak orang di sekitarnya. Kontribusi beliau menjadi landasan kuat bagi perkembangan NU di Desa Ngelo dan menjadi pondasi bagi generasi penerus untuk terus memperjuangkan nilai-nilai keberagaman dan keislaman.

Melalui peran dan pengabdiannya, Mbah Nur telah meninggalkan jejak yang tidak terhapuskan dalam sejarah Desa Ngelo. Warisan keNUan yang beliau tanamkan terus hidup dan berkembang, menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat untuk terus menjaga dan mengembangkan semangat keberagaman dan persatuan.

Mbah Nur terus melanjutkan perjuangannya dalam menyebarkan ajaran Islam yang berlandaskan nilai-nilai NU di Desa Ngelo. Setelah pensiun sebagai pendidik di SDN Ngelo II, beliau tetap aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial di masyarakat setempat. 

Sebagai tokoh yang dihormati dan disegani, Mbah Nur menjadi panutan bagi banyak orang dalam menjalankan ajaran Islam NU. Keberadaannya memberikan semangat dan dorongan bagi masyarakat untuk terus memperjuangkan keberagaman dan persatuan.
Selain itu, Mbah Nur juga terus mengajarkan ilmu agama kepada generasi muda, memastikan bahwa nilai-nilai keislaman dan keNUan tetap terjaga dan terus berkembang. Beberapa santri yang pernah dibina oleh beliau terus meneruskan perjuangan dalam mengembangkan NU di wilayah Ngelo.

Pada usia yang sudah lanjut, Mbah Nur tetap semangat dalam memberikan ceramah dan nasehat kepada masyarakat. Pesan-pesan yang disampaikannya selalu mengandung nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan keberagaman, mengingatkan bahwa keberagaman adalah anugerah yang harus dijaga dan dilestarikan.

Warisan dan kontribusi Mbah Nur dalam mengembangkan NU dan nilai-nilai keberagaman di Desa Ngelo tidak akan pernah pudar. Beliau adalah salah satu dari sekian banyak tokoh yang memberikan warna dan makna dalam sejarah keIslaman di wilayah tersebut. Kesetiaan dan dedikasinya terhadap ajaran Islam NU telah menginspirasi banyak orang dan akan terus dikenang dalam sejarah Desa Ngelo.


Kontributor: Muhibbin Mbah Nur
Editor: Tim Lacak Jejak NU Ngelo

05 Januari 2024

"Meniti Jalan Taqwa: Tiga Tanda Mulia dalam Wasiyatul Musthofa"

Materi Pengajian MUSLIMAT NU Ngelo (Jum at, 05 Jan 2024)

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

 

Alhamdulillah, kita bersyukur atas rahmat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kebaikan kepada kita. Pada kesempatan kali ini, mari kita bersama-sama merenungi dan memahami kutipan dari Kitab Wasiyatul Musthofa yang berbicara tentang tanda-tanda seseorang yang bertaqwa kepada Allah.

وَلِلتَّقِيِّ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ يَتَّقِى الْكَذِبَ وَالْخَبَثَ وَجَلِيْسَ الشَّرِّ وَيَدَعُ شَطْرَ الْحَلَالِ مَخَافَةَ أَنْ يَقَعَ فِى الْحَرَامِ

Orang yang bertaqwa kepada Allah memiliki 3 tanda, yaitu:

1.      Takut untuk berdusta dan berkata kotor.

2.      Takut bergaul (Menjaga Diri) dengan teman yang buruk.

3.      Dan meninggalkan separuh perkara halal karena takut jika ia akan terjatuh di dalam perkara haram.

Sebagaimana yang disampaikan dalam kitab tersebut, orang yang bertaqwa memiliki tiga ciri khas yang bisa kita identifikasi. Pertama, ia takut untuk berdusta dan berkata kotor. Kedua, ia menjauhi pergaulan dengan teman yang buruk. Dan ketiga, ia meninggalkan separuh dari perkara halal karena khawatir terjerumus ke dalam yang haram.

Mari kita bahas satu per satu agar kita dapat lebih memahami pesan yang terkandung dalam kutipan tersebut.

 

1. Takut untuk Berdusta dan Berkata Kotor

Seorang yang bertaqwa senantiasa menjaga lisan dan ucapan. Takut berdusta dan berkata kotor adalah tanda kehati-hatian dalam berkomunikasi. Dengan cara ini, kita bisa menciptakan lingkungan yang bersih dari kebohongan dan kata-kata yang tidak baik.

Dalam Islam, berdusta dan berkata kotor sangat dilarang dan dianggap sebagai dosa besar. Terdapat beberapa hadis dan ayat Al-Qur'an yang mengancam orang yang melakukan perbuatan tersebut.

Salah satu hadis yang mengancam orang yang berdusta adalah sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِيَّاك وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا .

Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Jauhilah dari ringkasan, karena ringkasan itu menyampaikan ke kefasikan, dan kefasikan itu menyampaikan ke neraka. Seseorang terus berdusta dan berusaha berdusta, sampai ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan ayat Al-Qur'an yang mengancam orang yang berkata kotor adalah sebagai berikut:

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

Artinya: Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan selain Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan hak, dan tidak berzina. Barangsiapa yang melakukan hal itu, niscaya dia mendapat dosa. (QS. Al-Furqan: 68)

Dari hadis dan ayat Al-Qur'an di atas, dapat disimpulkan bahwa berdusta dan berkata kotor sangat dilarang dalam Islam dan akan mendapat ancaman dosa besar. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu berusaha untuk jujur ​​dan menghindari perkataan yang tidak baik.

 

2.Takut bergaul(Menjaga Diri) dengan teman yang buruk

Ketika seseorang bertaqwa, ia akan berusaha menjauhi teman yang berpotensi mempengaruhi perilakunya ke arah yang negatif. Ini bukan berarti kita harus mengisolasi diri, tetapi lebih kepada memilih teman yang memberikan pengaruh positif dan membantu kita dalam meningkatkan ketaqwaan.

Terdapat beberapa hadis dan ayat Al-Qur'an yang mengingatkan umat Islam tentang bahaya bergaul dengan teman yang buruk. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, yang artinya:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السُّوءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْتَ أَنْ تَجِدَ مِنْهُ الْجَلِيسِ السُّوءِ كَنَافِقِ الْكِيرِ

Artinya: "Perumamaan teman yang baik dan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi itu, mungkin dia akan memberi minyak wangi, atau kamu mengoleksi darinya, sedangkan pandai besi itu, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau kamu mendapati darinya bau yang tidak sedap." (HR. Bukhari dan Muslim)

Selain itu, dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat (49:6):

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ إِن جَآءَكُمْ فَـَٔاسِقٌۢ بِنَبَإٍۢ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۭا بِجَهَـٰلَةٍۢ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَـٰدِمِينَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat : 6)

Dari hadis dan ayat Al-Qur'an di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam menekankan pentingnya memilih teman yang baik dan menjauhi teman yang buruk, karena pergaulan dapat mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang.

 

3. Meninggalkan Separuh dari Perkara Halal

Orang bertaqwa juga cenderung berhati-hati dalam memilih yang halal. Ini mencakup kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal pekerjaan dan bisnis. Meninggalkan separuh dari perkara halal adalah langkah pencegahan agar tidak terjerumus ke dalam yang haram.

Dalam Islam, berlebihan dalam perkara halal juga dianggap sebagai perilaku yang tidak baik. Terdapat beberapa dalil dari Al-Qur'an, hadis, dan fatwa ulama yang mengingatkan umat Islam tentang bahaya berlebihan dalam perkara halal. Salah satu ayat Al-Qur'an yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan adalah Surat Al-A'raf (7:31), yang artinya:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Artinya: "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)

Selain itu, hadis juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda:

"Janganlah kamu berlebih-lebihan dalam agama, karena orang-orang sebelum kamu telah binasa karena berlebih-lebihan dalam agama." (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Dari dalil-dalil di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan dan tidak berlebihan dalam perkara halal. Berlebihan dalam perkara halal dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, kita harus selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan dan menghindari perilaku yang berlebihan.

Fatwa ulama juga mengingatkan tentang bahaya yang berlebihan dalam memperoleh kehalalan. Menurut fatwa ulama, tindakan berlebihan dalam memperoleh kehalalan dapat membawa dampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain, seperti merusak kesehatan, menciptakan ketidakadilan, dan merusak lingkungan. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam mencapai kehalalan.

Dalam konteks kita sebagai ibu-ibu rumah tangga, pesan ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga perilaku dan pergaulan, serta memilih yang terbaik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita dapat menjadi teladan bagi keluarga dan masyarakat sekitar.

Semoga pesan ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam meningkatkan kualitas iman dan taqwa. Terima kasih atas perhatiannya. Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

 

Kiyai Badrun Sulaiman

*Pemateri adalah Ketua MWCNU Margomulyo