05 Januari 2024

"Meniti Jalan Taqwa: Tiga Tanda Mulia dalam Wasiyatul Musthofa"

Materi Pengajian MUSLIMAT NU Ngelo (Jum at, 05 Jan 2024)

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

 

Alhamdulillah, kita bersyukur atas rahmat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kebaikan kepada kita. Pada kesempatan kali ini, mari kita bersama-sama merenungi dan memahami kutipan dari Kitab Wasiyatul Musthofa yang berbicara tentang tanda-tanda seseorang yang bertaqwa kepada Allah.

وَلِلتَّقِيِّ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ يَتَّقِى الْكَذِبَ وَالْخَبَثَ وَجَلِيْسَ الشَّرِّ وَيَدَعُ شَطْرَ الْحَلَالِ مَخَافَةَ أَنْ يَقَعَ فِى الْحَرَامِ

Orang yang bertaqwa kepada Allah memiliki 3 tanda, yaitu:

1.      Takut untuk berdusta dan berkata kotor.

2.      Takut bergaul (Menjaga Diri) dengan teman yang buruk.

3.      Dan meninggalkan separuh perkara halal karena takut jika ia akan terjatuh di dalam perkara haram.

Sebagaimana yang disampaikan dalam kitab tersebut, orang yang bertaqwa memiliki tiga ciri khas yang bisa kita identifikasi. Pertama, ia takut untuk berdusta dan berkata kotor. Kedua, ia menjauhi pergaulan dengan teman yang buruk. Dan ketiga, ia meninggalkan separuh dari perkara halal karena khawatir terjerumus ke dalam yang haram.

Mari kita bahas satu per satu agar kita dapat lebih memahami pesan yang terkandung dalam kutipan tersebut.

 

1. Takut untuk Berdusta dan Berkata Kotor

Seorang yang bertaqwa senantiasa menjaga lisan dan ucapan. Takut berdusta dan berkata kotor adalah tanda kehati-hatian dalam berkomunikasi. Dengan cara ini, kita bisa menciptakan lingkungan yang bersih dari kebohongan dan kata-kata yang tidak baik.

Dalam Islam, berdusta dan berkata kotor sangat dilarang dan dianggap sebagai dosa besar. Terdapat beberapa hadis dan ayat Al-Qur'an yang mengancam orang yang melakukan perbuatan tersebut.

Salah satu hadis yang mengancam orang yang berdusta adalah sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِيَّاك وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا .

Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Jauhilah dari ringkasan, karena ringkasan itu menyampaikan ke kefasikan, dan kefasikan itu menyampaikan ke neraka. Seseorang terus berdusta dan berusaha berdusta, sampai ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan ayat Al-Qur'an yang mengancam orang yang berkata kotor adalah sebagai berikut:

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

Artinya: Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan selain Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan hak, dan tidak berzina. Barangsiapa yang melakukan hal itu, niscaya dia mendapat dosa. (QS. Al-Furqan: 68)

Dari hadis dan ayat Al-Qur'an di atas, dapat disimpulkan bahwa berdusta dan berkata kotor sangat dilarang dalam Islam dan akan mendapat ancaman dosa besar. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu berusaha untuk jujur ​​dan menghindari perkataan yang tidak baik.

 

2.Takut bergaul(Menjaga Diri) dengan teman yang buruk

Ketika seseorang bertaqwa, ia akan berusaha menjauhi teman yang berpotensi mempengaruhi perilakunya ke arah yang negatif. Ini bukan berarti kita harus mengisolasi diri, tetapi lebih kepada memilih teman yang memberikan pengaruh positif dan membantu kita dalam meningkatkan ketaqwaan.

Terdapat beberapa hadis dan ayat Al-Qur'an yang mengingatkan umat Islam tentang bahaya bergaul dengan teman yang buruk. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, yang artinya:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السُّوءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْتَ أَنْ تَجِدَ مِنْهُ الْجَلِيسِ السُّوءِ كَنَافِقِ الْكِيرِ

Artinya: "Perumamaan teman yang baik dan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi itu, mungkin dia akan memberi minyak wangi, atau kamu mengoleksi darinya, sedangkan pandai besi itu, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau kamu mendapati darinya bau yang tidak sedap." (HR. Bukhari dan Muslim)

Selain itu, dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat (49:6):

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ إِن جَآءَكُمْ فَـَٔاسِقٌۢ بِنَبَإٍۢ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۭا بِجَهَـٰلَةٍۢ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَـٰدِمِينَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat : 6)

Dari hadis dan ayat Al-Qur'an di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam menekankan pentingnya memilih teman yang baik dan menjauhi teman yang buruk, karena pergaulan dapat mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang.

 

3. Meninggalkan Separuh dari Perkara Halal

Orang bertaqwa juga cenderung berhati-hati dalam memilih yang halal. Ini mencakup kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal pekerjaan dan bisnis. Meninggalkan separuh dari perkara halal adalah langkah pencegahan agar tidak terjerumus ke dalam yang haram.

Dalam Islam, berlebihan dalam perkara halal juga dianggap sebagai perilaku yang tidak baik. Terdapat beberapa dalil dari Al-Qur'an, hadis, dan fatwa ulama yang mengingatkan umat Islam tentang bahaya berlebihan dalam perkara halal. Salah satu ayat Al-Qur'an yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan adalah Surat Al-A'raf (7:31), yang artinya:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Artinya: "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)

Selain itu, hadis juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda:

"Janganlah kamu berlebih-lebihan dalam agama, karena orang-orang sebelum kamu telah binasa karena berlebih-lebihan dalam agama." (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Dari dalil-dalil di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan dan tidak berlebihan dalam perkara halal. Berlebihan dalam perkara halal dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, kita harus selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan dan menghindari perilaku yang berlebihan.

Fatwa ulama juga mengingatkan tentang bahaya yang berlebihan dalam memperoleh kehalalan. Menurut fatwa ulama, tindakan berlebihan dalam memperoleh kehalalan dapat membawa dampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain, seperti merusak kesehatan, menciptakan ketidakadilan, dan merusak lingkungan. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam mencapai kehalalan.

Dalam konteks kita sebagai ibu-ibu rumah tangga, pesan ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga perilaku dan pergaulan, serta memilih yang terbaik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita dapat menjadi teladan bagi keluarga dan masyarakat sekitar.

Semoga pesan ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam meningkatkan kualitas iman dan taqwa. Terima kasih atas perhatiannya. Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

 

Kiyai Badrun Sulaiman

*Pemateri adalah Ketua MWCNU Margomulyo